Penggunaanproperti tari harus mempertimbangkan jenis, fungsi, dan ketepatan dalam menggunakan properti tari dengan baik dan benar. Hal ini dikarenakan dalam penggunaan properti tari perlu penguasaan dan keterampilan dari seorang penari. Properti tari yang umumnya digunakan antara lain: Selendang, Tongkat, Keris, Payung, Piring, Panah,
Tari Lilin – Indonesia masuk dalam golongan negara dengan jumlah tarian yang sangat banyak. Hampir di tiap daerah di Indonesia memiliki jenis tarian berbeda yang bisa melambangkan daerahnya. Salah satu jenis tarian tradisional yang perlu diketahui adalah Tari Lilin dengan segala keunikannya. Tarian ini tentunya menarik untuk diulas dari berbagai aspeknya. Tarian ini memiliki beberapa properti pendukung yang tergolong berbeda dari tarian tradisional lainnya. Selain itu, ada banyak aspek lain yang juga penting untuk dipahami. Mulai dari sejarah, fungsi, hingga pola gerakannya. Semua komponen ini akan dibahas secara mendalam dan menyeluruh. Simak ulasan berikut ini untuk mengetahuinya Asal Tari Lilin Tarian Lilin adalah jenis tari yang berasal dari Sumatera Barat, tepatnya daerah Minangkabau. Secara pengenalan, tarian ini masuk yang paling populer. Selain itu, Tarian Lilin juga sudah menjadi ikon untuk wilayah Sumatera Barat. Hal ini dikarenakan kepopuleran tarian ini yang juga sudah dikombinasikan dengan budaya yang kental. Kearifan lokal yang sangat mendalam juga terasa dalam tarian ini. Unsur gerakan dan aspek pendukung lainnya juga mencerminkan budaya Minangkabau dengan menyeluruh. Hal ini tentunya bisa dijadikan pembeda dengan tarian wilayah lainnya. Dengan demikian, tarian ini sangat layak untuk diapresiasi dan dilestarikan. Baca Juga Tari Mabadong Sejarah Tari Lilin Jika berbicara mengenai sejarah Tarian Lilin, maka ada kisah menarik di dalamnya. Sejarah mencatat, asal mula pembuatan tarian ini adalah karena seorang gadis yang ditinggal oleh tunangannya untuk bekerja. Selama masa tersebut, gadis Minang ini kehilangan cincin yang diberikan saat prosesi pertunangan dilakukan. Setelah itu, ia mencari cincin tersebut hingga malam tiba. Lilin adalah peralatan yang dipakai untuk menerangi pencarian. Selama pencarian tersebut, gadis ini melakukan berbagai gerakan mulia dari membungkuk, hingga gerakan layaknya berdoa. Serangkaian gerakan yang dilakukan juga membuat keselarasan gerakan lainnya muncul. Akhirnya, gerakan ini bisa memunculkan tarian baru yang mulai berkembang. Nama yang disematkan adalah Tarian Lilin, karena properti yang dimanfaatkan adalah lilin. Dengan perkembangan zaman, tarian ini terus berkembang dan mulai dikenal banyak masyarakat. Cerita inilah yang dipercaya oleh masyarakat dalam proses pembentukan tarian ini. Baca Juga Tari Maengket Properti Tari Lilin Sama seperti jenis tarian tradisional lainnya, Tari Lilin juga memiliki properti yang menjadi komponen pendukung di dalamnya. Setiap rangkaian properti yang dibutuhkan tentunya penting untuk dilengkapi. Jika salah satu komponennya kurang, maka tarian ini tidak bisa dikatakan lengkap. Berikut beberapa detail lengkap dari propertinya 1. Lilin Sesuai dengan namanya, tarian ini tentunya akan memanfaatkan lilin dalam keseluruhan tarian yang dilakukan. Oleh sebab itu, properti lilin tidak boleh ketinggalan. Tanpa adanya lilin, maka tarian ini tidak akan bisa diwujudkan. Sedangkan untuk jenis lilinnya sendiri, tidak memiliki ketentuan khusus dan tentunya masuk dalam golongan lilin yang mudah didapat. 2. Piring Selain lilin, dibutuhkan juga yang namanya piring. Pada penerapannya, piring ini berfungsi sebagai tempat lilin dalam tarian. Jadi, penari tidak memegang lilinnya dalam keadaan langsung. Dengan adanya piring sebagai penyangga ini, maka arah gerak lilinnya bisa lebih baik. Penari juga bisa mengendalikan gerakannya sesuai dengan kebutuhan. 3. Kostum Penari Kostum penari juga masuk dalam properti lain yang wajib ada. Penari dalam tarian ini akan memakai jenis pakaian adat yang tentunya selaras dan sepadan. Pakaian adat khas Palembang tentunya akan dikenakan secara menyeluruh oleh penari tanpa ada yang terlewat. Nama dari pakaian ini adalah pakaian gede. 4. Alat Musik Alat musik menjadi komponen terakhir yang wajib ada dalam tarian ini. Dengan adanya alat musik, maka akan ada alunan yang menjadi acuan gerakan dalam tariannya. Konsep musik yang dihasilkan juga akan menyesuaikan dengan tariannya. Tanpa adanya alat musik, maka tarian tidak akan bisa dilakukan karena tidak ada acuan yang bisa dipakai. Baca Juga Tari Maluku Pola Lantai Tari Lilin Pola lantai yang dipakai dalam Tarian Lilin memang tidak terlalu beragam. Secara khusus, jenis pola lantai yang dimanfaatkan adalah pola lurus. Pemakaian pola lantai ini tentunya bukan tanpa alasan. Tarian Lilin masuk golongan tarian yang memakai gerakan lembut di dalamnya. Sehingga, pemakaian pola lurus akan sangat tarian ini memakai pola yang terlalu beragam dengan perpindahan yang atraktif, maka gerakannya akan lebih banyak. Sedangkan, penari diharuskan menjaga keseimbangan agar api pada lilin tidak padam. Alasan inilah yang menjadikan tarian ini memakai jenis pola lantai lurus dalam pertunjukan tariannya. Gerakan Tari Lilin Gerakan yang muncul dalam Tarian Lilin termasuk beragam. Komponen gerakan yang paling menonjol adalah gerakan meliuk-liuk, membungkuk, hingga gerakan layaknya berdoa. Semua gerakan ini akan dimunculkan dalam tarian hingga membuat keselarasan yang indah. Namun, keseimbangan harus tetap dijaga oleh setiap penari. Hal ini penting untuk dilakukan agar lilin yang dipegang bisa terus menyala. Bagi penari, semua gerakan yang ada ini juga harus ditampilkan dengan lemah lembut. Dengan rangkaian gerakan yang ada, maka keselarasan gerakan akan muncul secara menyeluruh dan bisa membuat tarian menjadi lebih menarik. Keunikan Tari Lilin Keunikan Tarian Lilin juga menarik untuk diulas. Komponen keunikan pertama yang penting untuk diketahui ada pada properti yang digunakan. Seperti yang sudah dipahami bersama, tarian yang memakai lilin sebagai komponen utamanya adalah Tarian Lilin ini. Hal ini tentunya bisa dijadikan pembeda dengan tarian tradisional lainnya. Selain keunikan pertama ini, keunikan lain juga muncul pada proses pembentukan dan sejarahnya. Berdasarkan sejarah yang ada, tarian ini muncul dari kisah seorang gadis Minang. Setidaknya cerita inilah yang berkembang dan terus dipercaya oleh berbagai pihak hingga saat ini. Cerita ini tentunya masuk dalam suatu poin unik yang juga tidak mudah ditemukan di tarian lain. Semua ragam keunikan ini tentunya layak untuk diulas dan dipahami. Dengan adanya keunikan ini, maka tiap pihak yang menonton. Tarian Lilin bisa langsung melihat perbedaan yang ada secara menyeluruh. Hal ini tentunya menarik untuk dipahami apalagi bagi yang sedang mendalami tarian ini di berbagai aspeknya. Fungsi Tari Lilin Awalnya, fungsi utama dari Tarian Lilin adalah sebagai media untuk mengungkapkan rasa syukur kepada para dewa. Rasa syukur ini diungkapkan saat masa panen tiba untuk masyarakat di wilayah Minangkabau. Fungsi inilah yang muncul dan terus terjadi secara turun-temurun dan diwariskan oleh leluhur. Namun seiring perkembangan zaman menuju arah modern, tarian ini juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai media hiburan. Saat ini masyarakat sudah bisa menyaksikan tarian ini di berbagai kesempatan berbeda. Jadi, tidak melulu harus menunggu masa panen untuk bisa melihat pertunjukan tarian ini secara menyeluruh. Penutup Tari Lilin Daftar penjabaran tentang Tari Lilin di atas tentunya bisa langsung dipahami. Setiap aspeknya tentu bisa menambah wawasan mengenai tarian ini. Mulai dari sejarah, properti, keunikan, hingga fungsinya sudah dijabarkan secara mendalam dan menyeluruh. Jadi, agar pemahaman mengenai tarian ini bisa menyeluruh pastikan untuk mendalaminya dengan baik. Tari Lilin Halini karena gerakan tari Piring yang tidak sama dengan gerakan tari Saman. Pola Lantai Tari Piring Yang Kompleks. Pola lantai digunakan dalam tari piring ini ialah spiral, berbaris, lingkaran besar dan kecil, vertikal, dan horizontal. Dari jawaban diatas paling tidak ada 6 pola lantai yang digunakan pada tari piring.

Deskripsi Pengertian dan sejarah Tari Lilin, daerah asal, makna, pola lantai, gerak, dan propertinya. Sebagai warga negara Indonesia, Anda tentu sudah tahu bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beragam. Salah satu kesenian tari yang populer baik di kalangan masyarakat Indonesia maupun mancanegara yaitu tari Lilin. Tarian ini semakin unik dan khas karena ditarikan dengan menggunakan properti berupa lilin yang menyala. Untuk mengetahui asal usul tarian Lilin beserta pola lantai, gerakan, dan makna yang terkandung di dalamnya, mari simak ulasan berikut ini. Daerah Asal Tari Lilin Tari Lilin merupakan tarian tradisional yang berasal dari provinsi Sumatera Barat. Tarian tradisional ini tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Minangkabau. Pada mulanya, tarian Lilin hanya dipentaskan di lingkungan istana ketika malam hari saja. Sesuai dengan namanya, para penari akan membawa lilin yang diletakkan di dalam piring-piring kecil dalam keadaannya menyala. Para penari harus melakukannya dengan hati-hati untuk menjaga lilin tetap menyala dan piring yang dipegang tidak terjatuh. Makna Tari Lilin Tarian Lilin merupakan tari tradisional yang digelar saat musim panen tiba sebagai wujud ungkapan syukur kepada dewi. Karena dianggap sebagai tarian tradisional adat yang sakral, pementasan tarian Lilin tidak boleh dilakukan secara sembarangan dan tidak ditampilkan setiap saat. Masyarakat Minang juga percaya bahwa tarian mengandung makna cerita seorang gadis yang ditinggal oleh sang tunangan merantau. Suatu hari sang gadis kehilangan cincin pemberian tunangannya. Karena cincinnya hilang saat malam hari, ia kemudian mencarinya menggunakan lilin. Seiring perkembangannya, tarian Lilin ini tidak hanya digelar untuk upacara adat sebagai ucapan syukur, namun sekadar hiburan semata bagi masyarakat Minang. Meski begitu, sebagian masyarakat Minang tetap menggelar tarian Lilin ini ketika musim panen tiba. Sejarah atau Asal-usul Tari Lilin Menurut cerita yang diyakini oleh masyarakat Minang, terciptanya tarian Lilin bermula dari kisah seorang gadis yang ditinggalkan oleh tunangannya merantau. Selama tunangannya pergi merantau, cincin pertunangan sang gadis hilang. Gadis itu lantas mencari cincin tersebut hingga larut malam menggunakan lilin yang diletakkan di atas piring kecil. Gadis tersebut berusaha keras menemukan cincinnya sambil mengitari pekarangan rumah. Sesekali dia akan membungkukkan badan, meliuk-liuk, dan menengadah berdoa. Gerakan-gerakan itulah yang kemudian menjadi sejarah awal terciptanya gerakan tarian Lilin gemulai dan luwes. Dahulunya, tarian Lilin ini hanya digelar pada acara tertentu di lingkungan istana sebagai perwujudan ungkapan syukur atas keberhasilan yang dicapai. Namun seiring berjalannya waktu dan zaman yang terus berkembang, tarian ini tidak hanya ditampilkan dalam upacara adat saja. Tarian ini juga dipentaskan sebagai pertunjukan kesenian yang menghibur untuk menyambut tamu dan menyemarakkan berbagai acara seperti festival budaya. Pola Lantai Tari Dalam pementasannya, tarian Lilin menggunakan pola lantai garis lurus dengan gerakan-gerakan yang untuk dan cenderung lemah lembut, serta gemulai. Tarian ini dibawakan secara berkelompok oleh penari wanita atau gabungan antara penari wanita dan pria secara berpasangan. Pada saat tarian Lilin ini dipentaskan para penari akan memegang piring kecil yang di atasnya sudah ada lilin yang menyala. Penari akan melenggak-lenggokkan badan dan mengayunkan tangan mereka dengan indah mengikuti alunan musik pengiring. Untuk iringan musiknya sendiri, tarian Lilin diiringi dengan alat musik tradisional seperti gendang, kenong, bonang, gong, dan tok-tok. Selain itu, iringan musiknya menggunakan alat musik modern seperti akordion, gitar, saxophone, dan biola untuk memperindah musik iringan. Gerak Tarian Lilin Pada tarian Lilin gerakan yang dominan adalah gerakan-gerakan yang lemah lembut, gemulai, anggun, dan pelan. Gerakan yang gemulai ini tentunya tidak lepas dari nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Gerakan yang lemah lembut dan pelan ini bertujuan agar lilin tidak padam. Berikut ini beberapa gerakan yang dominan dalam tarian Lilin. Gerakan memutar badan Gerakan meliuk-liuk Gerakan mengayunkan tangan Gerakan membungkukkan badan Gerakan seperti orang berdoa Selain ditarikan dalam posisi berdiri, ada pula serangkaian gerakan yang dilakukan dalam posisi duduk sambil melambai-lambaikan tangan. Karena tergolong tarian yang sakral, pementasan tari Lilin tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang. Untuk memperoleh gerakan yang indah dan gemulai, setiap penari diharuskan mengikuti latihan secara terstruktur dan memakan waktu yang terbilang lama. Hal ini dikarenakan setiap gerakan tarian Lilin membutuhkan keseimbangan dan kehati-hatian agar lilin tidak padam dan tidak terjatuh. Dalam melakukan gerakan tarian Lilin ini, para penari membutuhkan keahlian khusus untuk menjaga lilin tetap menyala. Penari harus bisa menjaga dan mempertahankan posisi piring tetap datar untuk menghindari terpaan angin meskipun badan dilenggak-lenggokkan. Meski dominan dengan gerakan yang melambai dan cenderung pelan, gerak tarian Lilin sebenarnya sangat bervariasi, atraktif, dan tidak monoton. Dengan penggunaan lilin yang menyala, gerakan-gerakan yang tercipta dalam tarian ini juga semakin terlihat indah, unik, dan menarik. Properti Penari Lilin Untuk menunjang penampilan agar terlihat menarik dan menonjol, setiap penari menggunakan kostum khusus. Berikut ini kostum dan properti yang digunakan oleh para penari Lilin. 1. Pakaian Gede Pakaian gede merupakan kostum khusus yang dikenakan oleh para penari Lilin, Pakaian gede adalah pakaian adat khas Palembang yang biasanya dikenakan oleh pengantin wanita. Kostum penari Lilin ini terdiri dari busana atas yang disebut baju batabue dan busana bawah yang disebut lambak. Sementara itu, untuk penari Lilin yang lainnya mengenakan dodot atau selendang mantri. Makna yang terkandung dalam kostum penari Lilin ini yaitu gambaran tentang masa kejayaan kerajaan Sriwijaya di Indonesia yang mendapatkan pengaruh dari budaya Cina. 2. Aksesori Pendukung Selain mengenakan kostum khusus yang khas daerah Palembang, para penari Lilin juga menggunakan beberapa aksesori pendukung untuk menunjang penampilan. Aksesori yang dipakai oleh para penari Lilin berupa galang gelang, cincin, dukuah kalung, salampang, dan tengkuluak hiasan kepala. 3. Piring Properti selanjutnya yang harus ada dalam tarian Lilin yaitu piring. Dalam tarian tradisional khas Sumatera Barat ini, piring digunakan untuk meletakkan lilin. Oleh karena itu, piring yang digunakan juga berukuran kecil atau sedang agar sesuai dan pas saat digenggam dengan telapak tangan. Dalam memegang piring, para penari harus menggunakan teknik khusus agar piring yang digenggam tidak mudah jatuh. Cara memegang piring kecil sambil diayun-ayunkan inilah yang membuat tari Lilin terlihat semakin menarik, unik, dan sedap dipandang mata. 4. Lilin Sesuai dengan namanya, tarian ini identik dengan properti lilin. Lilin yang digunakan juga harus dalam keadaan menyala karena sesuai dengan sejarahnya di mana tarian ini dahulunya hanya ditarikan pada malam hari. Keunikan tarian Lilin ini terdapat pada keahlian para penari yang meliuk-liukkan badan sambil membawa piring dan lilin yang menyala tanpa jatuh dan tetap menyala. Para penari juga tidak perlu khawatir terkena lilin yang meleleh karena lelehan lilin akan terkumpul dalam piring-piring kecil. Dari penjelasan mengenai tari Lilin di atas, Anda bisa menjadikannya sebagai referensi yang dapat menambah wawasan tentang budaya tradisional Indonesia. Tarian tradisional yang unik dan khas ini berhasil menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat daerah Sumatera Barat.

Menurutjenisnya, secara umum tari digolongkan menjadi tiga, yaitu: 1. Tari Rakyat. Tari yang berkembang di lingkungan masyarakat lokal, hidup dan berkembang secara turun temurun. Tari Pendet (Bali), Tari Serimpi (Jawa Tengah), Tari Gong (Kalimantan Timur), dan Tari Lumense (Sulawesi Tengah) adalah contoh tari rakyat. Advertising. Advertising
Daftar isiMakna Tari LilinSejarah Tari LilinFungsi Tari LilinPola Lantai Tari LilinGerakan Tari LilinIringan Tari LilinProperti Tari LilinKostum Tari LilinKeunikan Tari LilinSeni tari merupakan suatu kesenian dengan ada unsur gerakan di dalamnya. Di Indonesia ada banyak sekali macam atau jenis dari seni tari. Di tiap wilayahnya memiliki tarian yang khas dan berbeda dengan wilayah di Minangkabau yang terletak di Sumatera Barat memiliki tarian yang menjadi khas atau ikon dari kota tersebut yaitu tari lilin. Tarian lilin ini merupakan tari tradisional yang unik yaitu dengan menggunakan lilin yang lilin merupakan salah satu tari tradisional yang berada di Indonesia. Tari ini berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Seperti nama dari tarinya sendiri, tarian ini menggunakan properti yaitu lilin kecil yang dibawa oleh para lilin ini merupakan salah satu tari yang terkenal di Indonesia dan juga menjadi tari khas dari Sumatera Tari LilinSejarah dari tari khas Minangkabau, Sumatera Barat ini berdasarkan pada sebuah cerita rakyat. Cerita rakyat tersebut menceritakan seseorang gadis yang ditinggal pergi oleh tunangannya untuk mencari tunangannya pergi, si gadis ini kehilangan sebuah cincin tunangannya. Kemudian si gadis ini mencari cincin tunangannya ke mana-mana hingga larut malam. Ia mencari dengan menggunakan lilin yang digunakan sebagai alat tersebut di tempatkan diatas piring yang kecil. Dari gerakan gadis tersebut mencari cincinnya seperti membungkuk, gerakan berdoa, gerakan gemulai melahirkan sebuah tarian. Tarian tersebut yaitu yang menjadi tari khas dari masyarakat Minangkabau, tari lilin ini pada jaman dahulu merupakan tarian istana, dan hanya bisa dipertunjukkan pada saat saat tertentu saja, tidak bisa sembarangan. Namun seiring dengan perkembangan jaman, tari ini memiliki banyak fungsi, seperti penyambutan tamu, kesenian dan Tari LilinPada awalnya, jaman dahulu tarian ini dipertunjukkan untuk ungkapan rasa syukur kepada dewi karena panen yang melimpah di saat musim seiring dengan perkembangan jaman, fungsi dari tarian ini berubah. Tidak lagi digunakan sebagai ungkapan rasa syukur namun juga digunakan sebagai hiburan untuk Lantai Tari LilinTari lilin menggunakan pola lantai yaitu pola lantai Tari LilinGerakan dari tarian lilin ini tergolong sangat sederhana. Gerakannya seperti, gerakan badan yang meliuk, membungkuk dan gerakan seperti sedang berdoa. Penari akan menarikan secara berkelompok dan disertai dengan tangannya memutarkan lilin, namun secara hati hati agar piring tidak terjatuh dan lilin tidak mati. Dari berbagai gerakan diatas akhirnya menghasilkan kesatuan gerakan pada tari ini biasanya ditarikan oleh para penari wanita. Namun, ada juga tari lilin yang penarinya campur, yaitu penari pria dan wanita yang ditarikan secara berpasangan. Para penari akan menari sembari mengikuti alunan musik Tari LilinTari lilin biasanya menggunakan iringan yang berupa alat musik seperti, kenong, bonang, gendang, tok tok, akordeon, biola dan gendang. Beberapa alat musik tersebut saling mengisi satu dengan lainnya dan memiliki hubungan erat dengan tari lilin diantara tari lilin dan beberapa alat musik tersebut sudah menyatu dan tidak dapat Tari LilinProperti yang digunakan pada tari tradisional ini ada 2 macam, yaituLilinLilin merupakan properti yang wajib atau harus ada pada tarian ini, karena nama dari tari ini sendiri yaitu tari lilin. Pada saat pertunjukkan atau pementasan berlangsung, lilin harus dalam kondisi yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan lilin yang nantinya akan dibawa para penari saat menarikan tari lilin. Piring yang digunakan biasanya berukuran kecil atau sedang, tidak terlalu besar. Sehingga pas saat di taruh di atas telapak tangan para penari. Piring ini ada dua dan diletakkan di atas telapak tangan kanan dan kiri para penarinya. Para penari harus erat saat memegang piringnya, agar tidak mudah Tari LilinKostum yang digunakan oleh para penari dari tari lilin yaitu pakaian gede yang merupakan pakaian khas dari kota Palembang. Biasanya pakaian tersebut digunakan oleh pengantin wanita di gede atau hiasan gede digunakan oleh penari utama. Sedangkan penari lainnya menggunakan hiasan dodot atau selendang mantri. Kostum pada tari lilin ini memiliki makna yang berarti lebih menekanlan pada kejayaan Hindu Budha yaitu pada jaman kerajaan Tari LilinKeunikan dari tari lilin ini yaitu pada propertinya yang tidak biasa. Karena menggunakan properti lilin yang menyala dan diletakkan di atas piring yang berukuran sedang atau pas ketika diletakkan di telapak penari harus menjaga keseimbangannya dan juga bergerak menari. Menjaga keseimbangan agar lilin yang menyala tersebut tidak padam dan piringnya juga tidak mudah jatuh. Jadi para penari dari tari lilin ini harus berhati hati saat menarikan tarian ini, namun juga tetap lemah gemulai gerakannya.
Banyakkeunikan- keunikan yang terdapat pada tari gambyong. Kamu bisa memandang keunikan tersebut dari bermacam sisi, antara lain merupakan dari segi musik yang mengiringinya, kostum yang dipakai, serta properti yang lain. Pemakaian nama Gambyong sendiri diambil dari penari yang populer pada masa itu, ialah Sri Gambyong yang populer Indonesia dikenal memiliki segudang kesenian tradisional yang menjadi ciri khas masing-masing daerah, salah satunya tari lilin. Sesuai namanya, tarian ini ditampilkan oleh para penari sambil membawa lilin yang dinyalakan di atas piring. Sejarah Tari Lilin Tarian yang berasal dari Minangkabau, Sumatra Barat ini konon terinspirasi dari kisah seorang gadis yang ditinggal merantau oleh tunangannya. Di masa itu, gadis tersebut kehilangan cincin tunangannya. Sang gadis mencari cincin yang hilang hingga malam hari dengan ditemani lilin sebagai penerang yang diletakan di atas piring. Kegiatan mencari cincin di malam hari oleh sang gadis menciptakan sebuah gerakan gemulai, membungkuk, dan berbagai gerakan indah dan bermakna lainnya yang lambat laut dikenal sebagai tari lilin. Mengutip gerakan tari lilin ini menceritakan sekelompok gadis yang membantu temannya mencari cincin tunangan yang hilang. Fungsi Tari Lilin Awalnya, tarian ini ditampilkan saat acara-acara adat dan kesenian istana. Kemudian, tari lilin muncul dalam berbagai acara seperti festival budaya, kesenian daerah, hingga penyambutan tamu penting. Tari Lilin dilakukan ketika malam hari dan berkaitan dengan cerita rakyat di masa lalu. Ada juga jenis tari Lilin Berpingga Kayu Agung dari Sumatera Selatan. Tari lilin ini terinspirasi dari menyambut malam ke-21 tiap bulan Ramadan. Masyarakat di Sumatera Selatan menyebut tradisi ini Miyah Malaman. Mengutip laman tarian ini berawal dari para pemuda yang datang berkunjung ke teman perempuan mereka. Pemuda ini membawa bungkus lilin dan kembang api. Mereka menyalakan lilin dan kembang api di halaman rumah untuk menyambut tradisi Miyamah. Properti Tari Lilin Properti adalah kelengkapan tari yang dipakai untuk penampilan tarian. Contoh properti yang dipakai untuk menari seperti kipas, selendang, musik, senjata, piring, payung, cawan, sapu tangan dan lainnya. Lilin Tari lilin memakai satu lilin berukuran sedang yang ditaruh dalam piring kecil. Lilin yang menyala ini diletakkan di kedua telapak tangan para penari. Dibutuhkan keseimbangan dan konsentrasi tinggi supaya lilin tetap menyala. Busana Busana yang dikenakan para penari adalah pakaian adat khas Minangkabau. Penari memakai tengkuluak hiasan kepala, baju batabue busana atasan, lambak busana bawah, dan salampang. Aksesoris yang dipakai berupa gelang, kalung, dan cincin. Alat Musik Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tari Lilin merupakan alat musik tradisional Sumatra. Alat musik yang dipakai seperti akordeon, biola, gong, gitar, kenong, gendang, bonang, sampai tok-tok. Jenis Tari Lilin Tari Lilin Siwa Salah satu jenis tari lilin adalah tari Lilin Siwa yang termasuk tarian tradisional dari Palembang, Sumatera Selatan. Tarian ini sudah ada sejak kerajaan Sriwijaya berkuasa di Palembang. Perkembangan agama Hindu membuat tari Lilin Siwa sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Siwa, dewa tertinggi di agama Hindu. Tari Lilin Siwa dipopulerkan oleh Rozak tahun 1943. Tarian ini termasuk jenis tari yang membawa lilin di piring besar. Penari terdiri dari remaja perempuan minimal 3 orang. Para penari membawa lima buah piring besar dan lima piring kecil. Perbedaan dengan lilin biasa, tari Lilin Siwa hanya menjalankan satu buah lilin. Penari mengambil posisi duduk bersimpuh dan meletakkan tumpukan piring ke lantai. Mereka menata piring yang dibawa dalam satu barisan ke belakang, lalu melangkah mundur. Tari Lilin Bepinggan Tarian tradisional ini berasal dari kota Kayuagung, Sumatera Selatan. Tarian ini berfungsi sebagai hiburan untuk masyarakat setempat. Mengutip dari jurnal “Estetika Tari Lilin Bepinggan pada Masyarakat Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan”, tarian ini dilakukan oleh 3 sampai 9 penari perempuan yang berasal dari sembilan marga. Setiap gerakan tari Lilin Bepinggan memiliki makna sendiri. Tarian ini melambangkan keceriaan untuk menyambut malam Lailatul Qadar. Gerakan tarian terdiri dari gerak ancang-ancang, nginjit menginjit mempersiapkan diri, gerak cakat turun tangan naik turun, dan ngopar pungu mengeparkan tangan. Pola Lantai Tari Lilin Penari perempuan dan laki-laki memegang piring berisi lilin yang menyala di telapak tangan mereka. Penari ini akan memutar piring secara horizontal agar lilin tidak padam. Para penari juga menggerakkan tubuh secara hati-hati. Tarian ini memakai gerakan lurus ke depan dan belakang. Tarian ini terdiri dari gerakan ayunan tangan, gerakan berdoa, meliuk, dan memutar badan. Ada juga gerakan memutar tangan yang dilakukan ketika duduk bersimpuh. Penari membutuhkan keahlian khusus untuk meliuk-liukkan badan dan menjaga lilin tetap menyala. Cara membuat lilin tetap menyala adalah dengan mempertahankan posisi piring tetap datar. Posisi datar ini bisa mengurangi terpaan angin yang dapat memadamkan api lilin.

Bendabenda utama yang diketahui digunakan sebagai properti untuk Tari Payung berupa selendang yang dimainkan penari wanita dan payung di tangan penari pria. Keduanya berfungsi sebagai penyampai makna filosofi dalam tarian ini, saling melengkapi untuk menggambarkan kisah kasih pasangan yang bersama-sama dalam membina rumah tangga.

Tari Lilin – Sebagai warga negara Indonesia, kita pasti sudah tak asing lagi dengan kata Indonesia kaya akan seni dan budaya’. Hal ini memang benar adanya karena setiap wilayah di Indonesia, memiliki kesenian dan kebudayaannya tersendiri. Salah satu kesenian yang cukup terkenal dan akrab di telinga masyarakat Indonesia adalah tari lilin. Tari lilin adalah salah satu seni tari tradisional Indonesia yang berasal dari daerah Sumatera Barat, khususnya dari wilayah sekitar Minangkabau. Tarian ini dipercaya sebagai sebuah tarian yang sudah ada sejak zaman istana kerajaan zaman dahulu. Kesenian yang sudah dikenal sampai ke mancanegara ini, termasuk ke dalam jenis tari yang dibawakan berkelompok oleh penari perempuan dan dilakukan secara berpasangan. Mereka akan membawa lilin dengan diiringi oleh alunan musik yang dimainkan oleh sekelompok musisi atau pemusik. Hal yang menjadi ciri dan keunikan dari tarian ini adalah lilin yang bawa penari. Kedua tangan para penari ini akan memegang piring kecil yang berisikan lilin yang menyala sebagai properti tariannya. Para penari akan menarikan tarian lilin secara berkelompok dengan cara memutar piring berisi lilin tersebut secara hati-hati. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar piring tersebut tidak padam dan selalu berada di atas telapak tangan penari. Keunikan dari tarian khas Minangkabau ini juga terdapat pada gerakan tariannya yang selektif dan tidak sembarangan. Ini bertujuan tidak lain adalah karena menyesuaikan gerakan dengan anggunnya cahaya lilin yang sedang menyala dan berputar. Dalam pertunjukannya, tari lilin ini diiringi dengan menggunakan alat musik tradisional dan beberapa alat musik modern. Alat musik tersebut adalah gitar, biola, accordeon, gong, tok-tok, gendang, dan juga bonang. Ingin mengetahui penjelasan lebih lengkap mengenai tari lilin? Di bawah ini, terdapat penjelasan lengkap tari lilin, sejarah, makna, gerakan, pola lantai, properti, dan musik pengiring. Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini. Sejarah Tari LilinMakna dari Tari LilinGerakan Tari LilinPola Lantai Tari LilinProperti Tari Lilin1. Busana atau pakaian Gede2. Aksesoris pendukung penari3. Piring4. LilinMusik Pengiring Tari LilinKesimpulanBuku Terkait Tarian DaerahMateri Terkait Tarian Daerah Pada zaman dahulu, tarian ini awalnya merupakan salah satu tarian yang ditampilkan atau dipentaskan di dalam istana dan selalu digelar pada malam hari. Menurut sejarah yang dipercayai oleh masyarakat Minang, tari lilin ini berasal dari sebuah cerita rakyat zaman dahulu. Cerita rakyat tersebut bermula ketika mereka menceritakan pada zaman dahulu terdapat seorang gadis yang ditinggalkan oleh pacar sekaligus tunangannya pergi merantau untuk berdagang. Suatu hari, ternyata gadis tersebut kehilangan cincin pertunangannya. Gadis tersebut pun langsung mencari cincin tersebut ketika dia menyadari sudah menghilangkan barang berharga dari tunangannya. Dia bahkan terus mencari cincin tersebut hingga tengah malam dengan menggunakan lilin yang diletakkan di atas piring sebagai alat bantu penerangannya. Sang sadis terus berusaha keras untuk menemukan cincin tersebut. Dia pun kemudian berkeliling dan mengitari pekarangan rumahnya. Dalam proses pencariannya itu, dia harus membungkuk guna menerangi tanah. Gadis tersebut pun terkadang bergerak meliuk-liuk dan menengadah seperti berdoa, sehingga terlihat seperti sebuah gerakan tari yang indah. Tak disangka, gerakan tubuh yang dihasilkan oleh gadis tersebut pun ternyata melahirkan sebuah keindahan. Dari peristiwa itu, gerakan gemulai dan luwes tersebut pun mulai dikenal di kalangan gadis-gadis desa. Inilah bagaimana sejarah awal lahir dan mulai dikenalnya tari lilin di masyarakat Minang. Dalam melakukan tarian ini, biasanya para penari akan bersikap sangat hati-hati dalam memainkannya. Hal ini dilakukan agar lilin tersebut terus menyala dan tidak padam. Ternyata hal tersebut pun terinspirasi dari gading yang mencari cincin. Karena, jika lilin yang digenggam mati, maka cincin pertunangannya pun tidak akan bisa ditemukan karena malam sudah sangat gelap. Pada zaman dahulu, tari lilin ini hanya ditampilkan di lingkungan istana pada acara adat tertentu saja. Tarian ini dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas keberhasilan dan pencapaian yang didapat oleh masyarakat. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman, fungsi dari tari lilin pun berubah. Saat ini, tarian khas dari Minangkabau ini tidak hanya ditampilkan dalam upacara adat saja. Tetapi juga ditampilkan sebagai sebuah pertunjukan seni yang menghibur. Selain itu, tari ini juga kerap kali ditampilkan dalam penampilan selingan pada prosesi acara penyambutan tamu. Dalam acara tersebut, tari lilin akan ditampilkan setelah penampilan dari tari pasambahan. Bahkan tak jarang tarian ini juga dipentaskan untuk menyemarakkan berbagai acara festival budaya hingga pentas seni, dan pesta pernikahan. Makna dari Tari Lilin Tari lilin adalah salah satu tari tradisional yang cukup terkenal karena memiliki penampilan yang memukau. Tarian dari provinsi Sumatera barat juga biasanya digelar masyarakat saat musim panen akan tiba. Hal ini bermakna sebagai wujud dari ungkapan rasa syukur kepada dewa dewi dan Tuhan. Oleh masyarakat Minang, tarian ini juga dianggap masuk ke dalam golongan tari tradisional khusus adat yang sakral. Oleh karena itu, pertunjukan tari lilin tidak bisa ditampilkan setiap saat dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Masyarakat Minang pun percaya bahwa tarian lilin memiliki makna yang mendalam tentang sejarah terciptanya. Yakni tentang seorang yang ditinggal merantau oleh kekasihnya dan justru menghilangkan cincin pertunangan mereka. Karena itu lah dia jadi harus mencari cincin dengan menggunakan lilin pada malam hari. Setelah perkembangan zaman, tarian ini mengalami sedikit pergeseran makna. Saat ini, tarian lilin tidak lagi hanya digelar khusus pada upacara adat tertentu, tetapi juga dipentaskan dalam berbagai acara kebudayaan yang bermakna penghiburan bagi masyarakat. Meski begitu, tetap ada sebagian masyarakat Minang yang menggelar tarian ini ketika mendekati tibanya musim panen padi. Maka dengan demikian, makna dari tari lilin ini tetap dijaga keasliannya oleh masyarakat Minangkabau. Gerakan Tari Lilin Pada dasarnya, gerakan dalam tarian lilin didominasi dan mengedepankan gerak yang pelan, anggun, gemulai, dan pasti lemah lembut. Hal ini karena, selain tarian ini harus menunjukkan keanggunan penari dalam kilauan cahaya temaram dari lilin, gerakan yang gemulai pun tidak terlepas dari nilai dan makna filosofi yang terkandung dalam tari lilin. Gerakan lemah lembut ini dilakukan bertujuan agar lilin yang dipegang oleh penari tidak jatuh, tidak menetes kemana-mana, serta tentunya terus menyala dan tidak padam. Karena, jika lilin tersebut mati atau padam, maka cerita yang terkandung dalam pertunjukan tersebut akan menjadi berbeda. Tarian ini juga tidak memerlukan banyak gerakan rumit, hanya saja para penarinya harus memiliki konsentrasi dan kewaspadaan yang penuh. Adapun beberapa gerakan yang dominan dari tari lilin ini, adalah gerak memutar badan, gerak meliuk-liuk, gerak mengayunkan tangan dengan lembut, gerak membungkukan badan, dan gerak yang dilakukan seperti orang sedang berdoa. Selain itu, dalam tarian ini juga terdapat serangkaian gerakan yang dimainkan dalam posisi duduk. Gerakan tersebut berupa lambaian tangan yang lembut, indah, dan sedap dipandang. Gerak ini menggambarkan suasana saat sekelompok gadis membantu temannya yang sedang mencari cincin, sehingga tari tradisional ini memiliki drama dan cerita dalam pertunjukannya. Karena tarian ini termasuk ke dalam tarian yang disakralkan, maka pementasan tarian lilin tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang. Ini terjadi karena untuk memperoleh gerakan yang gemulai dan indah, para penari harus melalui latihan yang terstruktur dan menghabiskan waktu yang cukup panjang. Di samping itu, setiap gerakan dalam tarian lilin ini juga membutuhkan keseimbangan dan kehati-hatian yang tinggi agar lilin tidak padam apalagi terjatuh. Oleh sebab itu, tak heran jika untuk melakukan tarian ini, para penari perlu memiliki keahlian khusus guna menjaga agar lilin tetap dalam keadaan menyala. Setiap penari tarian khas Minang ini pun harus bisa menjaga dan mempertahankan piring yang dipegang agar tetap dalam posisi yang datar. Ini dilakukan untuk menghindari terpaan angin yang lebih kencang meski tubuh sedang bergerak melenggak-lenggok. Meski tarian ini didominasi oleh gerakan yang cenderung lemah lembut, tetapi gerakan dari tari lilin sangat atraktif, bervariasi, dan tidak monoton atau itu-itu saja. Tarian ini semakin indah berkat adanya lilin menyala yang digunakan penari. Ini membuat gerakan yang ditampilkan dalam tarian tersebut terlihat semakin menarik, unik, dan indah. Pola Lantai Tari Lilin Dalam menampilkan tarian lilin, para penari akan menggunakan pola lantai garis lurus dengan gerakan yang lemah lembut, gemulai, dan cenderung pelan. Tarian ini biasanya dipentaskan secara berkelompok oleh penari wanita. Namun, tak jarang juga terdapat pertunjukan yang menampilkan penari gabungan antara penari wanita dan penari pria secara bersamaan. Pada saat tarian akan dipentaskan, maka penari akan bersiap dengan memegang piring kecil yang sudah ada lilin di atasnya. Lilin tersebut pun dalam keadaan menyala ketika tarian dimulai. Setelah itu, penari yang menggerakkan badannya. Mereka juga akan mengayunkan tangan mereka dengan indah dan lemah lembut mengikuti irama musik pengiring. Selain itu, para penari pun akan melakukan gerakan memutar piring dengan posisi piring yang tetap stabil dan sejajar. Jika melihat pada gerakan yang dilakukan penari, pola lantai dari tari lilin ini dapat dipandang sebagai sebuah lambang. Sama halnya seperti busana yang digunakan penari, semua hal dalam tarian ini memiliki makna dan nilai masa lalu yang mendalam. Properti Tari Lilin Dalam sebuah pementasan kesenian tari lilin, terdapat beberapa perlengkapan dan properti yang harus disediakan untuk menunjang jalannya pertunjukan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar pertunjukan tersebut terlihat menarik dan menonjol. Untuk mengetahui tentang properti tari lilin, simak penjelasan di bawah ini. 1. Busana atau pakaian Gede Pakaian gede adalah busana khusus yang dikenakan oleh seseorang yang akan menarikan tarian lilin. Pakaian gede sendiri merupakan pakaian adat khas dari daerah Minangkabau Padang yang biasanya digunakan oleh para pengantin perempuan. Kostum untuk penari tarian lilin ini terdiri dari busana atas dan busana bawah. Busana atas biasa disebut sebagai baju batabue, sedangkan untuk busana bagian bawah disebut juga sebagai lambak. Selain itu, para penari lilin yang lainnya juga akan menggunakan dodot atau dikenal sebagai selendang mantri. Busana yang dikenakan para penari dalam setiap pertunjukan tari lilin ini bukanlah busana atau kostum sembarangan. Melainkan, terselip suatu makna besar dalam kostumnya. Busana penari lilin mengandung makna berupa gambaran tentang masa kejayaan kerajaan Sriwijaya di Indonesia yang juga mendapatkan pengaruh dari budaya luar, khususnya budaya Tiongkok. 2. Aksesoris pendukung penari Selain menggunakan busana khusus yang merupakan busana khas daerah Minangkabau Padang, para penari juga diberikan beberapa aksesoris untuk mempercantik penampilannya. Adapun aksesoris yang dipakai oleh para penari adalah cincin, galang atau gelang, dukuah kalung, salampang selempang, dan tengkulak atau hiasan untuk kepada. 3. Piring Properti yang selanjutnya adala dalam pertunjukan tari lilin adalah piring. Bahkan, piring adalah benda wajib yang harus selalu ada dalam setiap pementasan tari lilin. Dalam tarian tradisional dari Sumatera Barat ini, piring digunakan untuk meletakkan lilin di atasnya. Oleh sebab itu, piring yang digunakan juga haruslah piring yang berukuran kecil atau sedang. Ini bertujuan agar pas atau sesuai saat digenggam di telapak tangan. Untuk memegang piring tersebut, para penari juga harus memiliki teknik atau keahlian khusus agar piring tersebut tidak mudah lepas apalagi terjatuh. Cara penari memegang piring sambil mengayunkan-ayunkan inilah yang membuat tari lilin semakin terlihat unik, menarik, dan sedap dipandang. 4. Lilin Sesuai dengan namanya, tentu tarian ini akan menjadikan lilin sebagai properti utamanya. Tarian ini juga terkenal karena keunikannya yang tak lain adalah karena menggunakan lilin untuk menarik. Sebagai catatan, lilin yang digunakan untuk menari juga harus dalam keadaan hidup atau menyala. Hal ini tentu sesuai dengan sejarahnya yang mana tarian ini dahulu kala dilakakukan pada saat malam hari yang gelap. Seperti yang sudah kita ketahui, keunikan dari tarian ini terletak pada keahlian penari yang meliukkan badannya sambil membawa piring dan lilin yang dalam keadaan menyala tanpa piring tersebut jatuh dan lilin yang tetap menyala. Penonton pun tidak perlu khawatir jika lelehan lilin tersebut menetes atau terkena penari. Karena, lelehan lilin akan terkumpul dalam piring tersebut. Musik Pengiring Tari Lilin Untuk mementaskan tari lilin, selain harus disediakan properti, harus pula ada alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian khas Minangkabau tersebut. Selain itu, alat musik juga bisa membuat pertunjukan tari menjadi lebih hidup, berwarna, dan tentunya heboh. Alat musik juga memiliki fungsi sebagai penyampai cerita. Mereka akan mengalunkan musik sebagai pengiring gerakan agar para penari bergerak secara serentak. Musik juga biasa digunakan sebagai pemancing emosi penari dan tentunya penonton pertunjukan. Adapun alat-alat musik yang digunakan untuk mengiringi tari lilin adalah alat musik tradisional dan alat musik modern. Di antara alat musik modern yang digunakan adalah biola, gitar, saxophone, dan accordeon. Sedangkan alat musik tradisional yang digunakan adalah gong, gendang, bonang, dan tok-tok. Selain itu, ada juga alat musik khas Melayu yang digunakan dalam pertunjukan. Tak ketinggalan, alat musik atau instrumen khas dari Sumatera Barat yang bernama Talempong. Kesimpulan Tari lilin adalah sebuah tarian tradisional dari daerah Minangkabau, Padang, Sumatera Barat. Tarian ini terkenal karena keunikannya yang menggunakan piring dan lilin sebagai properti utamanya. Para penari tersebut harus menggerakkan badannya dengan berbagai gerakan yang lemah lembut dan gemulai. Di antara gerakan penari lilin adalah meliuk-liuk, memutar badan, dan menengadahkan tangan seperti orang yang sedang berdoa. Meski terlihat seperti gerakan yang mudah, tetapi yang menjadi kesulitan dari tari lilin ini adalah bagaimana caranya agar piring yang digenggam penari tidak jatuh. Selain itu, lilin dalam piring juga harus terus dalam keadaan menyala atau tidak boleh padam. Adapun hal yang menjadi inspirasi atau asal mula lahirnya tarian ini adalah ketika seorang gadis di daratan Minang kehilangan cincin dari tunangannya yang sedang merantau untuk berdagang. Dia pun ingin menemukan cincin tersebut. Karena tak kunjung ditemukan, akhirnya gadis tersebut pun mencari cincinnya sampai malam hari. Dia mencari cincin tersebut ke pekarangan rumahnya dengan menggunakan lilin yang disimpan dalam piring kecil sebagai alat bantu pencahayaannya. Dia pun berlenggak-lenggok dan menghasilkan gerakan yang indah. Dari situlah asal mula lahirnya tari lilin. Nah, itu dia penjelasan tentang tari lilin, sejarah, makna, gerakan, pola lantai, properti, dan musik pengiringnya. Mari terus pelajari kesenian tradisional Indonesia dan lestarikan budaya. Semoga bermanfaat, ya, untuk SahabatTanpaBatas. Jika kamu ingin mencari buku tentang Sumatera Barat, maka bisa mendapatkannya di Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi LebihDenganMembaca. Penulis Raden Putri BACA JUGA 25 Nama Tarian Daerah dan Asalnya Yuk Kenalan dengan Tari yang Berasal dari Bali dan Kisahnya Tari Saman Pengertian, Sejarah, Makna Gerakan Mengenal Sejarah Asal Tari Piring dan Makna Setiap Gerakannya 7 Tari Tradisional Masyarakat Papua dan Papua Barat Sejarah, Makna, Properti & Asal Tari Seudati Makna dan Asal-Usul 5 Tarian Klasik dari Jawa Tengah ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
Beriktuini adalah keunikan dari tari piring, yaitu: 1. Piring Sebagai Properti Utama. Sesuai dengan namanya, tarian ini menggunakan peralatan utama berupa piring saat menari. Piring inilah yang membuat tarian ini berbeda dengan tari adat dari daerah lain. Penggunaan piring sebagai gerakan tari memiliki makna dan sejarah tersendiri, dan SiMada Keunikannya yaitu lebih mudah dibentuk, bersifat plastis 8 votes Thanks 11
\n \n jelaskan keunikan penggunaan properti pada tari lilin
Yaitutarian yang dilaksanakan untuk tujuan pelestarian budaya. Biasanya tarian ini bernuansa tradisional. Karena menghargai warisan budaya penggilan nenek moyang pada zaman dahulu. Tarian ini hanya dipentaskan pada saat hari atau momen kebudayaan saja. Itu dia sobat, penjelasan seputar seni tari yang terpampang jelas di atas. WwPSFK.
  • sgoqwaw2hw.pages.dev/116
  • sgoqwaw2hw.pages.dev/125
  • sgoqwaw2hw.pages.dev/25
  • sgoqwaw2hw.pages.dev/288
  • sgoqwaw2hw.pages.dev/250
  • sgoqwaw2hw.pages.dev/25
  • sgoqwaw2hw.pages.dev/306
  • sgoqwaw2hw.pages.dev/352
  • sgoqwaw2hw.pages.dev/382
  • jelaskan keunikan penggunaan properti pada tari lilin